Kamis, 29 September 2011

Beda? Sudah biasa...

Posted by Dwi Martan | Kamis, 29 September 2011 | Category: |

 Beda? Sudah biasa...

            Hari ini adalah hari pertama saya bertemu dengan Bapak Hatim dalam kelas Humanistic Studies. Saat masuk kelas sebuah pertanyaan kecil tersirat di dalam pikiran saya, “apa sih Humanistic Studies itu?”. Lalu terjawablah pertanyaan itu dengan seketika saat sang dosen mengemukakan beberapa statement, argumen, serta pertanyaan-pertanyaan di awal pelajaran. Semua statement, argumen, serta pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah pada satu kata, yaitu “keberagaman”. Dari masalah sudut pandang kepemimpinan seorang wanita dalam agama islam, ajaran yang berbeda aliran di dalam agama kristen, permasalahan antarsuku yang ada di indonesia dan banyak lainnya.
Awalnya saya mengira pelajaran ini sepertinya agak ekstrim dalam artian berani mengupas masalah-masalah tabu yang sering kali kita hindari dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Namun apabila dilihat dari sudut pandang lain, tidak bisa dipungkiri bahwa kita hidup berdampingan dengan permasalahan-permasalahan ini. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari bagaimana cara menyikapi semua keberagaman yang ada di sekitar kita dengan baik, tanpa memunculkan permasalahan lainnya yang dapat memicu hal-hal yang tidak diinginkan.
Ekspektasi saya dalam pelajaran ini adalah saya dapat memahami bagaimana  menyikapi keberagaman yang ada di sekitar kehidupan sosial yang saya jalani, sekaligus dapat merealisasikannya kedalam ruang lingkup pendidikan nantinya saat saya menjadi guru kelak. Selain itu saya juga berharap dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik saya nantinya sehingga dapat menjadi bekal mereka saat terjun kedalam masyarakat.
Berikut ini refleksi diri saya mengenai bagaimana saya menghadapi perbedaan yang terjadi antara saya terhadap orang-orang lainnya di sekitar.
Saya terlahir di lingkungan yang multikultural, oleh karena itu saya dibesarkan menjadi pribadi yang fleksibel dan sangat menghargai perbedaan yang ada di sekitar. Menurut saya, perbedaan adalah pelengkap atau pemanis yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa adanya perbedaan saya rasa kehidupan ini akan terasa hambar, kaku, atau mungkin membosankan. Selain itu, perbedaan juga mengajarkan kita untuk saling menghormati satu sama lain. Tidak hanya dalam kehidupan berbudaya, hal ini juga berlaku dalam kehidupan beragama. 


Mungkin ada beberapa orang yang heran atau mungkin mengeluarkan statement yang memandang sebelah mata saat saya bilang “saya ikut merayakan natal”, begitu pula sebaliknya orang-orang di sekitar yang beragama non-muslim merayakan lebaran bersama. Bagi saya itu wajar-wajar saja, toh kami masih saling menghargai keyakinan kami masing-masing, dan kami semua memandang itu semua dalam lingkupan sudut yang sama, yaitu kebersamaan.
Menurut saya, sudah cukuplah perbedaan dijadikan alasan atas sebuah permasalahan yang sebenarnya hanya masalah oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan perbedaan di sekitar kita. Yang terpenting adalah jangan hanya membahas perbedaan yang ada, melainkan belajar melihat sisi lain dari perbedaan tersebut. Sehingga nantinya kita bisa menyikapi perbedaan dengan cara lebih baik.  
 Aku cinta perbedaan.

Currently have 1 komentar:

  1. hmm.. saya juga merasakan hal yang sama di hari pertama masuk kelas humanistic, mudah2n kedepannya statement2 dr pak hatim tidak se-ekstrim seperti di hari pertama lagi.. hehe


Leave a Reply